Satu Tanda Cinta
- Oct
- 20
Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah. Bila engkau tak mampu, jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang beserta dengan Allah. Bila engkau tak mampu juga, maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang dekat dengan Allah SWT. Dia akan mengantarkan dirimu sampai kehadirat Allah SWT (HR. Abu Dawud).
“Jika riwayat hidup kaum arifin dibacakan kepada orang yang beriman, maka imannya kepada Allah akan semakin kokoh. Sebab kehidupan mereka merupakan cerminan dari kitabullah yang di dalamnya terkandung ilmu orang-orang terdahulu dan yang akan datang kemudian” (Habib ‘Ali Al Habsyi)
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan anugerah-Nya kepada kita semua, sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita, hamba-Nya yang terkasih Baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya serta semua pengikut beliau hingga akhir zaman, amin.
Barang siapa mencintai Nabi, Rasul Allah beserta Wali-Nya, berarti ia juga termasuk dalam Mahabbah Kehadirat Allah SWT. Marilah kita mengingat perjalanan para Nabi dan Wali Allah di seluruh alam semesta yang mengembangkan Agama Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Mengenang seorang tokoh yang telah tiada, tentunya bukan sekedar mengenangnya sebatas bernostalgia. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari tokoh yang bersangkutan. Barangkali itulah yang penting. Kita bisa belajar dari jejak langkahnya, perjuangannya, dan karya-karya yang telah dihasilkannya.
Habib Muhsin Al Jufri menjelaskan, mengikuti acara haul waliyullah merupakan salah satu dari bukti cinta kepada Allah swt. “Kecintaan kepada para kekasih Allah, juga menjadi tanda kecintaan kepada Allah swt. Begitu juga kepada al-Qur’an kalamullah, masjid baitullah, dan lain sebagainya,” tuturnya.
Habib Muhsin juga menyinggung persoalan yang banyak menimpa umat muslim. Menurutnya, banyak dari mereka yang ingin meniru para salafussalih (ulama salaf), tetapi hasilnya justru banyak yang berbanding jauh.
“Ada yang sering kita lupakan, ketika mengikuti amalan salafussalih. Mereka (salafussalih) membaca shalawat sekali shalawat bisa bertemu dengan Nabi Muhammad, kita baca seribu kali tapi tidak bisa. Terkadang kita hanya meniru amalannya, tapi tidak dengan niatnya. Kita tiru pakaian mereka, tapi hati kita tidak,” papar Habib Muhsin.
Hal tersebut, menurut Habib Muhsin, dikarenakan sifat munafik dan maksiat yang masih melekat pada diri seseorang. “Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat yang demikian. Hendaknya kita bentengi diri kita, bersama para ulama. Tapi ingat, harus yang benar-benar ulama,” tegasnya.